Senin, 03 Juni 2013

Naskah Drama Siti Nurbaya. It's Musical !

Hello blogger, ini naskah drama yang kubuat saat duduk di bangku SMA. mungkin bisa jadi sumber inspirasi.
Enjoy :)


PEMERAN DRAMA
  1. Diego’s Tuti : Sutradara & penulis naskah
  2. Ahmad Bayu : Syamsul Bahri
  3. Dinda Virly : Siti Nurbaya
  4. Ramdhani : Datuk Maringgih
  5. Sendy Dwi : Pengawal Datuk Maringgih
  6. Raditya : Baginda Sulaiman
  7. Dinar Safa : Istri Baginda Sulaiman
  8. Anggia : Bibi Siti Nurbaya (Aminah)
  9. Paula : Narator
10.Gloria : Narator

Scene 1 : Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri saling jatuh cinta

"Setting menunjukkan taman yang indah. Bunga-bunga yang cantik turut menghiasi indahnya taman. Disana terdapat sebuah pohon yang amat rindang. Disitulah kedua sejoli ini duduk berdua, dan berbincang…"

Syamsul : Dinda, kuberikan bunga ini kepadamu (sambil menyerahkan bunga).
Siti Nurbaya : Terima kasih, Uda. Bunga ini cantik sekali.
Syamsul : Aku pasti kesepian tanpamu disana nanti.
Siti Nurbaya : Apa maksud, Uda ? Aku kan selalu menemani Uda.
Syamsul : (memegang dagu Siti) Dengarkan aku, maaf aku belum memberitahumu soal ini. Setelah lulus nanti, aku akan pergi ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah. Itu berarti aku akan meninggalkanmu.
Siti Nurbaya : Kalau itu yang terbaik, pergilah. Aku akan baik-baik saja (tersenyum).
(pasto: aku pasti kembali "aku hanya pergi tuk sementara bukan tuk meninggalkanmu selamanya " )
Syamsul : Kau sangat pengertian, Adinda. Aku pasti akan merindukanmu.
Siti Nurbaya : Aku juga. Jangan lupa menulis surat untukku, ya?
Syamsul : Aku janji. Aku syang padamu , Siti
Siti Nurbaya : Aku tahu itu-- aku juga

Scene 2 : Niat Jahat Datuk Maringgih

"Datuk Maringgih sangat gundah. Ia iri hati terhadap Baginda Sulaiman karena bisnisnya yang maju. Sehingga timbullah niat jahat untuk menjatuhkan saingannya itu."

Datuk Maringgih : Aku sesungguhnya tidak senang melihat perniagan Baginda Sulaiman, makin hari makin bertambah maju, sehingga berani ia bersaing dengan aku. Oleh sebab itu, hendaklah ia dijatuhkan.
Pengawal : Kalau begitu, Apa rencana Tuan ?
Datuk Maringgih : Pergilah kau ke tokonya. Bakar hangus toko itu, dan jangan biarkan apapun tersisa. Aku ingin ia jatuh miskin.Ia harus takluk padaku.
Pengawal : Baiklah, Tuan. Akan segera saya laksanakan. (seraya pergi dari hadapan Datuk Maringgih)

(sherina- kertarajasa)

Scene 3 : Baginda Sulaiman jatuh miskin.

Seluruh kekayaan Baginda Sulaiman turut lenyap bersamaan dengan lenyapnya toko miliknya itu. Ia pun jatuh miskin. Lalu, Baginda Sulaiman yang sama sekali tak berprasangka mengenai siapa yang telah tega membakar tokonya--berniat meminjam dana untuk membangun bisnis kembali. Jadi, Datuk Maringgih sangat puas Baginda Sulaiman telah jatuh ke dalam lubang yang ia buat

BABAK 1 : Baginda Sulaiman bernegosiasi dengan Datuk Maringgih.

"Setting menunjukkan ruang tamu Datuk Maringgih. Terdapat dua set kursi dan meja.
Baginda Sulaiman melakukan pembicaraan dengan Datuk Maringgih."

Datuk Maringgih : Halo, Kawan lama (sambil berjabat tangan). Bagaimana bisnismu sekarang ? Ku dengar kau lebih hebat daripada aku.
Baginda Sulaiman : Halo, Maringgih. Memangnya kau belum mendengar berita ? Toko ku terbakar, dan semuanya lenyap dilalap api. Bisnisku sekarang.. boleh dikatakan rumit, bahkan aku akan bangkrut, tapi tidak. Jika kau dapat membantuku..
Datuk Maringgih : Dulu kau menolak bekerjasama denganku. (nada sinis) Hmm tapi tak apalah, akan kupinjamkan dana.
Baginda Sulaiman : Benarkah? Engkau sungguh murah hati.
Datuk Maringgih : Tentu saja, Kawan. Tapi ada bunga dan jaminannya. Dan kau kuberikan waktu 3 bulan untuk mengembalikan uangku.
Baginda Sulaiman : Soal bunga, aku tak keberatan. Tapi jaminan.. aku tak bisa memberikanmu jaminan sekarang. Hartaku habis dan..
Datuk Maringgih : (memotong pembicaraan) Tak apa, tenang saja, Sulaiman. Pakailah sebanyak yang kau mau. Kau bisa menyerahkan jaminannya padaku nanti, bila bisnismu sudah berkembang. Bagaimana ?(sambil menjulurkan tangan)
Baginda Sulaiman : Baiklah, kita sepakat (menjabat tangan Maringgih)

Scene 4 : Datuk Maringgih menagih hutang.

Setelah 3 bulan berlalu, Datuk Maringgih akhirnya datang pada Baginda Sulaiman untuk menagih hutangnya yang belum terbayar. Baginda Sulaiman yang jatuh miskin, bisnisnya kini hancur ditambah hutang yang tak terlunasi. Bunga yang diajukan Datuk Maringgih sangat tinggi dan beliau tak sanggup..
Setting menunjukkan beranda rumah Siti Nurbaya. Datuk Maringgih melempar makian kepada Baginda Sulaiman, dan ia membawa polisi bersamanya. Siti Nurbaya sedang berada di kamar. Terjadi pertengkaran hebat.

Datuk Maringgih : Hei Sulaiman, lunasi utangmu sekarang juga ! Kita sudah sepakat waktu itu.
Baginda Sulaiman : Tapi bisnisku belum pulih, kumohon berikanlah aku sedikit waktu lagi.. (memegang kaki Maringgih)
Datuk Maringgih : Lepaskan, kau rakyat jelata !
Istri Baginda : Kumohon, jangan sakiti dia ! Ini , ambillah ! (sambil menyerahkan uang)
Datuk Maringgih : Apa-apaan ini ? Bahkan jumlahnya tak bisa melunasi bunganya. Berikan lagi, kalau tidak aku akan membawa urusan ini ke polisi !
Istri Baginda : Kumohon jangan, hanya itu yang kami punya.
Datuk Maringgih : Kalau begitu aku tak punya pilihan lain. Aku akan memperistri anak gadismu ! hahaha
Baginda Sulaiman : Jangan harap, kau lelaki hidung belang ! Aku takkan menjual anakku.
Datuk Maringgih : (menampar pipi Sulaiman) Beraninya kau bicara begitu padaku !
Baginda Sulaiman : (terjatuh)
Siti Nurbaya : (lari keluar dari kamar) Oh , Ayah ! Teganya kau !
Datuk Maringgih : Akhirnya kau keluar juga, Manis… (membelai rambut Siti)
Istri Baginda : Jangan kau sentuh putriku ! (memukul tangan Maringgih)
Datuk Maringgih : Hahaha, jadi kau lebih suka bila suami mu di penjara ? Siti Nurbaya harus menikah denganku.
Siti Nurbaya : Kejamnya kau, biadab !
Istri Baginda : (menjauhkan Siti dari Maringgih) Kita tak punya pilihan lain…
Baginda Sulaiman : Jangan..
Siti Nurbaya : Tapi kita tak punya pilihan lain, Ayah. Aku tak mau Ayah di bui. (menoleh pada Maringgih). Baiklah, aku setuju menikah denganmu .
(vidi aldiano-status palsu : "terpaksa aku mencintai dirimu" )

"Dengan terpaksa Siti Nurbaya mengabulkan keinginan Datuk Maringgih untuk mempersuntingnya. Bahkan Baginda Sulaiman jatuh sakit, karena keputusan yang berat itu. Padahal, Siti Nurbaya sangat mencintai Syamsul Bahri… Akhirnya Siti mengirim surat kepada Syamsul untuk memberitahukan keputusannya itu. Pada saat liburan sekolah, Syamsul akhirnya bisa berkunjung ke Padang dan menemui Siti."



Scene 5 : Syamsul Bahri kembali ke Padang

BABAK 1 : Perkelahian Syamsul Bahri dengan Datuk Maringgih.

Setting bertempat di pedesaan tempat Siti tinggal. Mereka berjalan menyusuri jalan disana dan mendiskusikan apa yang telah terjadi.

Syamsul : Benarkah itu yang terjadi, Siti ? Sungguh aku tak percaya.
Siti Nurbaya : (terdiam sejenak). Aku menyayangi, Uda. Sungguh aku tak bermaksud melakukan ini. Aku terpaksa, kalau tidak Ayahku akan dipenjara (nada putus asa).
Syamsul : Dasar manusia biadab ! Aku berjanji, Siti. Kita akan menemukan jalan keluarnya..
Siti Nurbaya : (tersenyum)Terima kasih, Uda. Lalu bagaimana keadaan Uda selama di Jakarta ?
Syamsul : Aku rindu padamu Siti, sangat rindu. Disana sangat membosankan tanpa kau.
Siti Nurbaya : (tertawa) Uda bisa saja. Aku juga kangen sama Uda Syamsul.

(Kangen -- Dewa 19 : Semua kata rindumu semakin membuatku , tak berdaya .. menahan rasa ingin jumpa,, percayalah padaku aku pun rindu kamu, ku akan pulang, melepas semua kerinduan.. yang terpendam)

"Mereka tampak sangat bahagia bersama. Bersenda gurau di bawah pohon, dan bercerita.
Namun tak berselang lama, Datuk Maringgih melewati pohon itu, dan murka melihat berdua sangat akrab.."

Datuk Maringgih : (nada murka) Bagus sekali sikapmu, Siti (menarik tangan Siti). Ingat kau milikku sekarang ! Kau akan menjadi Istriku !

(cemburu - - dewa 19 : ingin kubunuh pacarmu)

Syamsul : (memukul Maringgih dan berkelahi) Jangan pernah kau dekati Siti lagi !
Datuk Maringgih : (jatuh terjerembab ke tanah)
Siti Nurbaya : (ketakutan) Uda Syamsul , jangan ! Tolong, tolong ! Kumohon siapa saja lerai mereka !

Siti Nurbaya terus berteriak meminta pertolongan, tapi suasana desa sangat sepi sore itu dan tak ada yang datang membantunya. Lalu, Baginda Sulaiman yang sedang terbaring sakit di rumah mendengar teriakannya.

||setting berpindah ke kamar Baginda Sulaiman. Terdapat tempat tidur dan property kamar. Baginda Sulaiman yang mendengar teriakan putrinya, langsung beranjak dari ranjang. Namun , ia sudah sangat kepayahan sehingga jatuh dari tangga dan.. nyawanya melayang.

(note : bagian atas diperagakan tanpa dialog)

BABAK 2 : Siti Nurbaya diusir

Istri Baginda Sulaiman tak menghiraukan teriakan putrinya. Kemudian ketika ia hendak beranjak ke kamar suaminya, ia terkejut.. Siti akhirnya lari menyusul ke rumahnya untuk meminta bantuan, namun belum sempat, ternyata Ayahnya sudah tiada.

Istri Baginda : Ya ampun, Uda ! Uda, bangun Uda ! (menguncangkan tubuh Sulaiman).
Baginda Sulaiman : (diam tak bergerak)
Siti Nurbaya : Ayah ! (terkejut) Ayah, bangun Ayah ! Ibunda, Apa yang terjadi ?
Istri Sulaiman : Diam kau, anak sialan ! (mengacungkan jari ke wajah Siti) kalau bukan karena kau, ini semua takkan pernah terjadi !
Siti Nurbaya : Maafkan aku Ibu .. Sungguh aku .
Istri Sulaiman : (membentak Siti) Cukup ! Aku tak mau dengar apapun lagi. Enyah kau dari sini ! Aku tak mau melihatmu lagi.

BABAK 3 : Pertengkaran Siti Nurbaya sengan Syamsul Bahri

Siti Nurbaya : (lari menghambur keluar rumah sambil menangis).
Syamsul Bahri : (menghampiri Siti) Ada apa , Siti ? Mengapa kau menangis ?
Siti Nurbaya : Semua ini gara2 kau , Uda . Ayahku meninggal-ia jatuh dari tangga karena mengira aku sedang dalam bahaya... Lagipula mengapa kau lakukan itu kepada Maringgih ? Apa kau sudah gila?
Syamsul Bahri : (terbakar cemburu--padi : aku terbakar cemburu, cemburu buta..)
Siti Nurbaya : Cukup, kau kehilangan akal sehatmu, kau membuat kita semua dalam masalah, Uda
Dengarkan aku -- (lagu : yang kumau- KD: yang kumau, ada dirimu, tapi tak begini keadaanya)

Syamsul Bahri : (andai aku bisa--chrisye  : dan aku tak punya hati, untuk menyakiti dirimu, dan aku tak punya hati tuk mencintai, dirimu yang slalu..)
**lagu stop,

Siti Nurbaya : (pergi meninggalkan Syamsul)
Syamsul : (memegang tangan, mencegah Siti pergi) Kau mau kemana ?
Siti : Ibuku mengusirku.. aku akan pergi ke rumah bibiku.
Syamsul : Jangan, kau bisa ikut denganku ke Jakarta--kita akan melewati ini bersama
Siti : tidak, sampai Uda berubah.
Syamsul : (bahasa kalbu-titi DJ : percayalah, hanya diriku paling mengerti, kegelisahan jiwamu kasih, dan arti kata kecewamu...) percayalah padaku Siti...
Siti : (terdiam lalu pergi tanpa memerdulikan Syamsul )

Dengan perasaan yang sangat hancur, Siti pergi dari rumah. Semua orang di desanya menuding ia bersalah karena melanggar adat. Ia sangat sedih akan segala peristiwa yang menimpanya. Ayahnya yang sangat ia sayangi, meninggal. Ia pun akhirnya berusaha mencari tempat untuk berlindung. Yaitu di rumah bibinya, Aminah.

Syamsul Bahri pun masih menyimpan dendam kepada Datuk Maringgih yang merebut kekasihnya. Namun karena perbuatannya tempo lalu kepada Maringgih membuat Ayahnya murka, ia turut diusir dari rumah, dan kembali ke Jakarta.

Scene 6 : Siti Nurbaya meninggal

BABAK 1 : Siti menyusul Syamsul ke Jakarta

Setting menunjukkan beranda rumah Aminah, bibi Siti Nurbaya. Siti hendak memohon izin dari bibinya. Aminah sedang duduk di kursi tua dan pasrah mendengar keinginan Siti.

Siti Nurbaya : Kumohon, Bibi. Izinkanlah aku pergi mengejarnya. Aku tak ingin hidup tanpa dia, aku tak bisa.

(aku tak biasa-alda : aku tak biasa, bila tiada kau disisiku, aku tak biasa bila ku tak mendengar , suaramu . aku tak biasa. bila tak memeluk dirimu aku tak biasa bila ku tidur tanpa belaianmu,, aku tak biasa, aku tak biasa)

Aminah : (terdiam sejenak) Kau yakin, Nak ? Kau masih muda. Aku ragu kau bisa sampai di Jakarta dengan selamat. Kau belum pernah kesana—Aku takut bila terjadi sesuatu padamu.
Siti Nurbaya : (memegang tangan Aminah) Aku akan baik-baik saja, Bi. Aku janji akan menjaga diri. Kumohon, aku mencintainya..
Aminah : (tersenyum)Anak remaja jaman sekarang. Tapi kau harus janji pada Bibi untuk berhati-hati. Aku mengenal sekali orang seperti Maringgih—ia takkan melepasmu begitu saja. Aku khawatir..
Siti Nurbaya : (menutup bibir Bibinya dengan jari) Aku janji. Takkan terjadi apa-apa. Akan ku hubungi kau begitu aku sampai disana. Aku sayang Bibi, terima kasih atas segalanya (mencium tangan Aminah lalu pergi).

BABAK 2 : Lemang Beracun

Aminah benar. Datuk Maringgih takkan melepaskan Siti Nurbaya begitu saja. Ia pun menyusun rencana untuk mendapatkan Siti kembali. Ia pun memanggil pengawalnya.

Datuk Maringgih : Brengsek semua orang ! Syamsul yang keparat itu meninjuku, Siti milikku ! Ia milikku, dan Syamsul takkan pernah mendapat kesempatan untuk merebutnya dariku, takkan kubiarkan !
Pengawal : Tapi, Tuan. Dari berita yang beredar, Siti kini sedang menuju ke pelabuhan, hendak menyusul Syamsul ke Jakarta.
Datuk Maringgih : Sial, brengsek juga Siti itu ! Takkan kubiarkan ia pergi ! Pengawal, aku ingin kau meracuni gadis itu ! Aku tak peduli, lebih baik ia mati daripada membuatku gila seperti ini !
Pengawal : Tapi, Tuan. Bagaimana caraku untuk meracuninya ?
Datuk Maringgih : Kejar ke dermaga , bodoh ! Kau campurkan saja racun itu ke dalam makanan !
Pengawal : Baik , Tuan . (mengambil sebuah lemang, dan menaburkan racun didalamnya, lalu pergi)

Sesampainya pengawal di dermaga…
Pengawal : Siti, tunggu ! tunggu aku ! (mengejar Siti)
Siti Nurbaya : (menoleh ke belakang) Maaf, apakah aku mengenalmu ?
Pengawal : Tidak, (nafas agak terengah-engah) aku hanya ingin memberikanmu ini (menyerahkan lemang). Bibimu menitipkannya padaku. Katanya untuk bekal selama di perjalanan nanti.
Siti Nurbaya : Baiklah, terima kasih. Sampaikan salamku pada bibiku. (naik ke kapal)
Pengawal : (tersenyum penuh kemenangan) Rencana berhasil. Hidupmu takkan lama lagi Siti .

Siti Nurbaya kemudian meninggal karena lemang beracun itu. Tak lama waktu berselang, Ibunda Siti Nurbaya dan Ibunda Syamsul Bahri pun turut meninggal setelah kehilangan kedua anak mereka. Syamsul Bahri masih hidup, mendengar kabar buruk itu. Ia merasa sangat putus asa sampai-sampai pernah berniat untuk bunuh diri.
Namun Syamsul bangkit, ia melanjutkan hidupnya. Ia bergabung dalam ketentaraan dan menjadi seorang Letnan.
Pada suatu hari, ia ditugaskan ke Padang—situasi sangat kacau disana karena terjadinya pemberontakan besar-besaran. Ternyata pemberontakan ini dipimpin oleh Datuk Maringgih.

Scene 7 : Pembalasan dendam Syamsul Bahri

Syamsul yang masih menyimpan dendam kepada Datuk Maringgih, akhirnya mendapat kesempatan untuk berduel dengannya. Amarahnya tak tertahan mengingat orang-orang terkasihnya yang telah meninggal—semua akibat perbuatan keji Datuk Maringgih.
Setting menggambarkan sebuah kerusuhan yang terjadi di desa. Syamsul membawa pistol—bersiap untuk menembak Datuk Maringgih. Datuk Maringgih membawa sebuah pedang tajam—bersiap untuk menghunuskannya ke tubuh Syamsul …

Syamsul : Maringgih, lama tak jumpa . Bagaimana kabar Siti di alam baka ? Sudah puas kau, merebutnya dariku, selamanya !
Datuk Maringgih : Oh, Syamsul ! Lihat kau sekarang, seragam dan pistol . Ayolah, tunjukkan kemampuanmu, kita lihat siapa yang paling kuat bertahan !
Syamsul : Tutup mulutmu, Maringgih ! Aku bisa menarik pelatuknya sekarang juga !

Kemudian mereka berduel….

Syamsul Bahri terkena hunusan pedang Datuk Maringgih. Namun ia masih dapat meraih pelatuk pistolnya, dan berhasil mengenai tepat di dada Datuk Maringgih. Tak ada pemenang dalam duel itu. Sungguh tragis.
Ayah Syamsul Bahri sangat shock mendengar kabar bahwa anaknya meninggal. Syamsul berpesan pada Ayahnya untuk menguburkannya di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Permintaan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Sungguh tragis kisah ini, kisah dimana semua orang-orang terkasih meninggal, karena hati yang kotor dan perselisihan yang dimulai oleh Datuk Maringgih. Kisah dimana dua remaja yang saling mencintai-----terpisah, kemudian disatukan lagi di alam surga nun jauh disana.


Semoga bermanfaat ;)

5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Makasih kak :).Naskah ini sdh membantuk ku dlm menyelesaikan tugas bahasa Indonesia untuk membuat film.Insya Allah film ini akn ku upload ke youtube

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hello, Khairunnisa. Terima kasih juga sudah buat naskah ku jadi acuan tugas kamu. Good luck ya :)

      Hapus
  3. terima kasih kak untuk naskah nya yang keren, tugas seni budaya aku bisa cepat selesai dan hasil nya lumayan hihi.. sekali lagi makasih, keep writing kak diegoo !!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hello, terima kasih juga ya! Glad to hear about ur project. Semangat terus dan good luck ;)

      Hapus